Selasa, 30 Mei 2017

Perjuangan IELTS Part 1



 Perjuangan IELTS 1

Berdasarkan request dari beberapa rekan-rekan terdekat untuk menulis perjuangan memperoleh score IELTS sesuai target. Akhirnya saya memutuskan untuk menulisnya (walaupun gak jago nulis). Tapi yang paling penting harapan terbesar adalah semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk kalian yang membaca artikel sederhana ini. Hopefully, it helps. 

Well, berawal dari keinginan untuk melanjutkan kuliah S2 di Luar Negeri, hanya bermodal tekat dan keyakinan saya memberanikan diri untuk berjuang dijalan ini. Sebelumnya, saya pernah menulis perjuangan saya untuk meraih target score TOEFL sebagai salah satu persyaratan beasiswa LPDP ditahun 2015 kemarin. For your information, pertama kali saya mengikuti test TOEFL pada saat menjadi mahasiswa semester pertama yang diselenggarakan oleh universitas, dan gak nanggung-nanggung hasilnya sangat memperihatinkan (in my opinion) 380. Berhubung saya bisa mengikuti seleksi beasiswa LPDP yang Afirmasi, jadi score TOEFL yang dibutuhkan adalah 450. Haduh, hati seakan berkata “are you sure ading apply this scholarship?”. Gimana gak parno, nilai TOEFL 380 belum lagi nilai Bahasa Inggris terpampang 59 (C+) alias nyaris ngulang, kalau dalam ilmu K3 ini mah nearmiss. Akhirnya, singkat cerita tujuan utama saya ingin mendaftar beasiswa LPDP bukan karena ingin kuliah di LN, tetapi supaya mendapatkan Pengayaan Bahasa, khususnya IELS (lumayan, it will be useful for me in the future and to be honest I don’t know about IELTS anything). Sehingga nantinya hal ini dapat meningkatkan kemampuan bahasa inggris saya. Maklum, karena sejak SMP tidak pernah ikut les bahasa inggris, sayang biayanya. Karena keinginan untuk mendapatkan Pengayaan Bahasa IELTS ini saya bertekad harus dapat minimal 450. Finally, I got more than 450 (hahhaha, walaupun belum sampai 500 tapi buat saya itu pencapaian yang luar biasa, It’s not about the result, the most crucial aspect is the process). Akhirnya, Alhamdulillah saya bisa mengikuti PB tersebut.

Back to IELTS…….
IELTS (International English Language testing System) merupakan salah satu test untuk mengukur kemampuan bahasa inggris yang mengacu pada standard UK, berbeda dengan TOEFL yang merupakan standard AS. Berhubung saya ingin melanjutkan Master programnya di Europe. So, I should take IELTS test, dimana untuk melanjutkan S2 dibutuhkan IELTS Academic Module (sudah pada tahu pasti kan ya.hehehhe). Sehingga saya membutuhkan target band score (6.5) with no less than 6 each categories (rata-rata score yang diminta kampus tujuan, walaupun kenyataannya ada yang mensyaratkan 7 (depend on our program we choose).

Pada saat awal PB, salah satu lembaga Bahasa Inggris yang menjadi institusi tempat saya dan 20 rekan-rekan lainnya belajar menyelenggarakan Pre-Test IELTS (Listening, Reading, Writing and Speaking). Saat release hasilnya, Eng I eenggggggg, luar biasa hasilnya jauh dari target yang diinginkan “I got 4 (total band)” Bahkan di each sectionnya makin memprihatinkan (Listening 2.5, reading 3, writing 4.5 and speaking 6). 

Entry Test Score

Dan menurut artikel yang saya baca, untuk menaikkan satu skor membutuhkan waktu selama 220 jam. So, if I would like to get 6.5, at least I need about 660 hours. Alhamdulillah, PB LPDP memberikan fasilitas kepada kami untuk belajar selama 6 bulan untuk meraih target tersebut. 
My Squad

Selama pembekalan kami belajar dari hari senin-jumat selama 6 jam perhari. Namun, karena saya merasa kemampuan bahasa inggris belum bagus, sehingga selama PB lebih dikuatkan terkait basic English seperti grammar. So, it’s very important to make my own schedule.
 
My Own Schedule








Setelah berjalan selama 3 bulan, saya masih berfikir kok tidak ada peningkatan dengan hasil IELTSnya. Ketika practice test selalu mendapatkan di range 4-5.5. Alhasil, karena saya diamanahkan menjadi captain class, kami berembuk dan sepakat untuk mengadakan Extended Class dengan tujuan dapat menambah skill IELTS kami. Jadi, sistemnya belajar listening, reading, speaking dan writing dengan meminta rekan-rakan untuk menyampaikan materi dan practice secara bergantian. Extended tersebut dimulai dari jam jam 15.00-16.00.

Luar biasanya lagi, Alhamdulillah saya dipertemukan dengan 3 kawan yang ngekos bareng di Pondok Rindang. They are Mas trio, Mas Aan and Mas Akbar. Kami berembuk untuk belajar bareng dan membuat jadwal belajar (termasuk jadwal masak, dan weekend yang digunakan) so we didn’t have weekend. hahhahahah. Jadi, kami belajar setelah sholat isya (19.30 – 22.00) dan weekend (09.00-15.00). Kami pun membagi tugas : (Mas Trio, sang provider materials; Mas Aan; Membuat jadwal; Mas Akbar;lupa mas hahhaah (flexible) mah ini orangnya; saya hanya bertugas buat jadwal masak) ehhhe interesting. Jadi, tiap malam kami belajar materi grammar, vocab, ielts theory etc. termasuk untuk mencari news, nulis vocab, and download listening BBC dan kamipun bergantian to be a teacher. Alhamdulillah pula kami disupport sama satu anggota pondok rindang yang menjadi emak kami (sebut saja mba riza), doi gabung untuk menyuplai makanan dan masak serta berbagi materi. Karena dia perempuan jadi susah untuk belajar dikosan kami tiap malam.I really miss you all of you fams.

Pondok Ringdang's Schedule
Mas Trio, Mas Akbar, Me, Mba Riza, Mas Aan


Dengan usaha diatas, Alhamdulillah dapat membuahkan hasil karena kami mulai menemukan sense untuk memahami trick dan staretgy IELTS. Meskipun masih ada beberapa kesulitan, setidaknya bisa menaikkan band score ke 5.5 bahkan ada yang 7 di each bandnya.

H-1 minggu menjelang real test, saya kembali menemukan masalah karena hasil writing yang tidak ada perubahan. Sehingga, harus membutuhkan waktu yang khusus untuk mendalami hal writing ini. Selain itu yang paling parah, dalam beberapa hari terakhir saya jatuh sakit bahkan sering absen Pengayaan Bahasa, dan suatu ketika ketika kami belajar dikos, saya mimisan :-(. Belajarnya pun harus rehat. Sampai detik ini jadi keinget karena sering diledekin kalau mau mendapat skor bagus harus mimisan dulu. Hehehe 

Jadi selama tahap ini saya belajar 4 section IELTS seperti ini (sebelum menceritakan final test).
Listening

  • Terus berlatih dan practice practice and practice (Cambridge 1-11, official Cambridge dll)
  • Cambridge materials 
  •  Listening Podcast BBC, TED, movie, music
  • Watching Video (Emma, Liz, Benyamin)
Reading

  • Terus berlatih dan practice practice and practice (Cambridge 1-11, official Cambridge dll)
  •  Baca news tiap hari (Jakarta Post, BBC, CNN)
  • Watching Video (Strategy of Reading Test)
Writing

  •  Baca teori sebanyak mungkin khususnya common mistakes of IELTS, vocabulary and grammar
  • Practice and check my writing
Speaking

  •  Practice and record my speaking
  •  Berlatih dengan partner
Pada saat H-2 Test saya memutuskan untuk tidak belajar lagi dikarenakan tipe orangnya panikan, jadi itu menghindari hal hal yang tidak diinginkan lebih baik how to wind down my brain. Tepat pada tanggal 5 November 2016, akhirnya real test dilaksanakan di salah satu lembaga penyelenggara IELTS di Jakarta. Test ini merupakan test untuk mendapatkan score yang diinginkan. Karena LPDP telah memberikan kepercayaan penuh bagi kamo. Dan buat saya, hal ini merupakan suatu amanat dan beban yang sangat besar. Dalam artian test ini mengisyarakatkan suatu amanah rakyat dan negara yang mempercayakanmu. Jangan sampai mensia-siakan kesempatan ini.

Next, what’s happened?
Ketika test berlangsung, panik pertama muncul ketika dari hal sepele terjadi sampai bunyi batuk dari peserta lain saat listening mengacaukan segalanya, belum lagi saat reading (yang paling parah), saya baru masuk passage 2 ketika sudah tersisa waktu 20 menit. dan bahkan ketika sesi writing selesai, sudah bilang ke mas trio hancur e mas hasilku. Hal inilah mengganggu saya tidak concern di speaking (saya sudah diganggu dengan firasat I didn’t pass my first time of IELTS test). Finally, the result was published! You can see this :-(
My Result


Should I give up?

*to be continued


Share:

0 komentar:

Posting Komentar